Rabu, 04 Januari 2012

CERPEN DURI BERSEMAYAM DALAM HATI


DURI BERSEMAYAM DALAM HATI
Senja telah berlalu, duduklah seorang gadis di depan teras rumahnya. Gadis yang sangat cantik parasnya, dengan rambut yang lurus terurai, mata yang lentik dengan lensa mata kecokelatan seakan menggambarkan kedamaian hidupnya.  Sambil memandang langit yang penuh dengan bintang, gadis itu tersenyum sendiri.  Sinar bulan pun menambahkan suasana malam menjadi lebih indah. Tatapan gadis itu tak menentu, kadang tatapanya ke Timur, kadang ke Barat. Sinar bulan dan juga bintang pun menyinari Desa Purikencana.
Sesekali menatap bulan mata gadis itu ikut memancarkan sinar akibat dari pancaran sinar bulan. Hari pun semakin malam, tapi entah mengapa gadis itu tak kunjung masuk rumahnya. Ia masih menikmati indahnya pemandangan di malam hari. Suara jangkrik pun menambahkan melodi malam menjadi suasana yang hening, gadis itu pun merasakan matanya semakin berat, seakan rasanya tak kuat lagi untuk menatap langit. Sesekali gadis itu menguap, akan tetapi jari-jari manisnya yang dihiasi oleh cincin bermata berlian dengan cekatan menutup mulutnya. Gadis itu adalah aku.
Ceklek..terdengar suara pintu yang ada di belakangku. Aku pun menolehkan kepala.“kamu masih disitu Met.? Dengan suara yang lembut suara itu keluar dari mulut Ibuku. Ia adalah seorang ibu yang sangat baik dan juga penyayang bagiku.
“Iya Bu, Meta masih disini”. Jawabku sambil tanganku memegang telinga yang dihiasi dengan anting-anting.
“Sepertinya kamu sudah mengantuk ya? Ayo masuk saja, dan segera tidur. Ayahmu saja sudah tidur”
“Iya Bu, Meta juga sudah ngantuk!”. Segera mungkin Aku berdiri dan sandal jepit berwarna putih lekas aku pakai. Sesekali aku menatap langit, karena aku belum puas menikmati keindahan di malam hari. Ketika aku melangkahkan kakiku yang pertama untuk beranjak masuk rumah, aku pun melihat bintang jatuh. Karena merasa terkejut, aku pun langsung berteriak. “ibuuk-ibuuk, ada bintang jatuh!”
“ssseeet, jangan keras-keras, nanti ayah kamu bangun lho. Dimana bintang jatuhnya?”
“Itu-itu “. Jawabku dengan kegirangan.
Tiba-tiba dari belakang terdengar suara langkah yang semakin  mendekat ke pada aku dan juga Ibu. “Ada apa sih malam-malam begini teriak-teriak”. Ternyata itu adalah suara Ayahku yang sedang keluar dari pintu, sambil mengucek matanya.
“Itu kan, Ayahmu jadi bangun”. Kata Ibuku. Akan tetapi aku mengabaikan kata-kata Ibuku.
“Itu Yah, ada bintang jatuh.! Cepet kesini!!”. Suara lantang itu, lagi-lagi keluar dari mulutku dengan tak sadar.
“Oh iya, sekarang Ayah melihatnya”. Jawab Ayahku, dengan mengucek mata sebelah kiri dengan jari kelingkingnya semakin cepat.
“Ibu, Ayah, selagi ada bintang jatuh, aku ingin sekali berdoa. Karena aku pernah mendengar dari seseorang, ketika ada bintang jatuh kita boleh berdoa agar doanya terkabul. Ya Alloh ijinkanlah hambamu yang berlumuran dosa ini mohon doa kepada-Mu, ampunilah dosa kedua orang tua hamba, yang telah membesarkan hamba dan juga mendidik hamba dengan baik, dengan sabar dan penuh kasih sayang, dan juga ampunilah dosa hambamu ini. Ya Alloh jadikan hambamu ini menjadi orang yang berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan juga negara, Jadikanlah hambamu ini menjadi orang yang selalu diberi kemudahan dalam mengerjakan segala hal, mudahkanlah dalam mencari rizki-Mu. Ya Alloh jadikanlah hambamu ini menjadi hambamu yang selalu tabah dalam menghadapi masalah yang Engkau berikan kepada kami, jadikanlah hambamu ini menjadi orang yang selalu bersyukur kepadamu, menjadi orang yang selalu bertaqwa dan beriman kepadamu dan lindungilah keluarga hambamu ini dari segala marabahaya. Ya Alloh jadikanlah hambamu ini menjadi anak yang sholekhah, berbakti kepada kedua orang tua. Dan jadikanlah keluargaku, menjadi keluarga yang utuh, shakinah, mawadah, warohmah. Amin. Ibu dan ayah mau berdoa apa?”
“Iya ibu juga mau berdoa, Ya Alloh berikanlah rahmatmu berupa umur panjang kepada kami, berikanlah petunjukmu kepada kami, agar sisa-sisa umur yang telah engkau berikan berguna untuk menyembah-Mu, dan diberikan kekuatan dalam menjalankan perintah-Mu dan jadikanlah hambamu ini menjadi Ibu yang baik untuk anak hamba, dan juga menjadi istri yang baik untuk suamiku. Jadikanlah hambamu ini menjadi orang yang selalu bersabar. Amin”.
“Ya Alloh, Ya Robku, Engkaulah penguasa seluruh isi jagad raya, Engkaulah yang mengubah siang menjadi malam, Engkaulah yang menciptakan kami, Engkaulah tuhan kami, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Alloh, ya Rohim jadikanlah hambamu ini menjadi Ayah yang dapat menghidupi keluarga hamba, maka dari itu lapangkanlah rizki-Mu ya Alloh. Jadikanlah hambamu ini menjadi hamba yang dapat memimpin keluarga hamba dengan baik, dengan benar menurut syariatmu lagi dengan lemah lembut. Ya Alloh jadikanlah hambamu ini menjadi teladan untuk istri dan anakku. Semoga Engkau menjadikan istri hamba, menjadi istri yang selalu taat kepada hamba, selagi itu masih di jalan-Mu. Jadikanlah anak hamba menjadi anak yang sholehah dan berbakti kepada kedua orang tua. Ya Alloh jauhkanlah keluarga hamba dari jilatan api Neraka. Jadikanlah keluarga hamba menjadi keluarga yang selalu diberi rahmat dan menjadi keluarga yang shekinah. Amiin.”
Setelah berdoa, akhirnya aku saling berpelukan dan saling minta maaf satu sama lain. Saat itulah menjadi malam yang sangat mengharukan bagi keluargaku. Suasana hening kini berubah menjadi suasana mengharukan, air mata pun menetes dari mataku. aku yang tak tertahankan lagi menahannya. Suara tangis pun sedikit terdengar disela-sela suara jangkrik. Akan tetapi keindahan bintang dan juga bulan tiba-tiba terusik oleh gumpalan awan hitam.
Hingga akhirnya malam yang terang berubah menjadi malam yang petang lagi kelam. Kini kelipan bintang dan sinar bulan tak mampu lagi untuk menembus gumpalan awan yang sangat tebal. Malam yang sebelumnya penuh warna warni, kini hanya menjadi malam yang petang, tak ada sedikit warna yang mencoret langit, kecuali warna hitam.
Suara jangkrik pun tiba-tiba ikut membisu. Saat itulah malam begitu petang lagi tenang, tak ada suara sebunyipun. aku menatap ke langit, kini yang aku dapat hanyalah kegelapan. Yang aku rasakan saat itu bagaikan orang buta. Aku sedikit kecewa dengan keadaan saat itu. Karena perubahan keadaan yang begitu cepat. Yang sebelumnya penuh dengan pancaran sinar, kini hanya petang. Sinar bintang dan juga bulan, kini tiba-tiba diganti dengan sinar kilat.
“Ayo, sekarang kita masuk rumah saja, sepertinya di malam hari ini akan segera turun hujan”. kata Ayahku.
“Ayo Yah, lagian sekarang sudah terlalu larut malam”. Jawab ibu sambil merangkulku yang kecewa.
Akhirnya keluargaku masuk ke rumah. Sesampai di depan pintu kamar, Ayah dan Ibu mencium keningku. “Selamat beristirahat ya, dan semoga malam hari ini menjadi malam yang tak terlupan”. Kata ibuku.
Tak sepatah kata pun tak keluar dari mulutku, aku hanya tersenyum dengan keterpaksaan karena masih terlalu kecewa dengan keadaan yang berubah begitu cepat. Aku pun menutup pintu dan mengambil sebuah selimut yang dilipat rapi sebelumnya oleh Ibuku. Sesegera mungkin aku membaringkan tubuh di tempat tidur. Satu jam telah berlalu, tapi mataku yang tadinya terasa berat, kini tak dapat dipejamkan. Seketika itu terdengar suara rintikan di genting. Aku langsung bangun dari tempat tidur dan membuka kelambunya yang berwarna putih yang dihiasi dengan pita bermotif batik. Jendela yang terbuat dari kayu jati berukir bunga melati itu lekas aku buka. Ternyata benar yang dikatakan oleh Ayahku bahwa hujan akan segera turun.
Kini airpun sedang mengguyur rumahku. “Ya Alloh, jadikanlah hujan ini menjadi berkah dan juga rahmat bagi kita semua. Ya Alloh mengapa engkau mengubah keadaan ini begitu cepat, semoga saja ini adalah berkah-Mu, karena ini semua adalah kuasa-Mu, hamba hanya bisa menerima, berusaha dan juga berdoa. Tapi mengapa ya Alloh, perasaanku mengatakan bahwa akan ada sesuatu dengan keluargaku ini. Perasaanku yang tadi adalah pelukan keluargaku yang terakhir. Tapi semoga saja, ini hanya perasaanku saja. Aku yakin Engkau adalah Tuhan Pengasih lagi Penyayang bagi hambanya.”
Tak lama kemudian terdengarlah suara katak dari arah pekarangan yang telah menggantikan suara jangkrik. Suara katak pun mengantarkan tidurku. Hingga aku pun tertidur lelap sampai pagi.
“Tok, tok, tok, Metaa, tok, tok, Metaa.. sudah pagi ini, kok belum bangun”.
“Sebentar Bu”. Jawabku dengan suara yang serak. Segera mungkin aku buka jendela, dan tak menyangka, aku langsung disambut dengan kicauan burung prenjak yang bersanggar di pohon dekat jendela. Burung itu berwarna abu-abu dengan kepala berwarna kuning kecoklat-coklatan, dengan paruh sedikit panjang, membuat ketertarikan tersendiri bagiku. Dari arah Timur Sang Surya telah memancarkan sinarnya, sehingga membuat suasana pagi hari menjadi sedikit hangatkanku. “kriiiiiiingg” terdengar suara jam deker yang tergeletak di atas almari berwarna cokelat pekat. Pukul menunjukkan pukul setengah 7, aku harus cepat-cepat bergegas untuk mengambil air mandi, karena aku harus masuk sekolah pukul 7.
“Masak apa Bu?”. Tanyaku sesudah mandi.
“Ibu masak sayur lodeh dan juga rica-rica ayam, special menggunakan kecap kesukaanmu”.
“Wah enak dong, makan ah..oh iya Yah, nanti Meta diantar kesekolah ya, karena sekarang  sudah hampir pukul 7, sekalian Ayah berangkat kerja kan?”.
“Tenang saja nanti Ayah yang mengantar kamu, sekarang kamu makan yang kenyang dulu”. Jawab Ayahku dengan memakai dasi yang bercorak belang.
“Ayo Yah berangkat, tapi nanti kalau pulang Meta jemput lagi, ya sekitar pukul setangah 2”.
Akhirnya aku dan Ayah berangkat bersepeda motor yang baru dibeli. Sedang Ibu bersih-bersih di rumah. Terik matahari begitu menyengat tubuh, Ibuku pun berhenti membersihkan rumput yang ada di depan rumah. Seusai beristirahat sejenak, tepatnya pukul 1, tiba-tiba datang seorang laki-laki menemui Ibuku. Dia adalah Santo, ia merupakan teman SMA Ibuku yang setelah lulus, ia merantau ke Sumatera. Santo yang baru pulang dari toko emas tak sengaja melihat Ibuku, hingga akhirnya mampir. Ibuku pun mempersilahkan Santo untuk masuk rumah. Mereka berdua berbincang-bincang seputar ia masih sekolah dan juga Ayahku. Tak terasa hampir setengah jam lebih mereka saling bercerita. Santo pun pamit untuk pulang. Dari kejauhan aku dan ayah melihat Santo sedang berjabat tangan dengan Ibu. Akan tetapi Santo sudah pergi jauh.
“Siapa laki-laki tadi?”. Tanya Ayahku.
“Oh dia, dia itu teman lama Ibu ketika SMA, yang baru pulang dari Sumatera, namanya Santo”. Jawab Ibuku dengan jujur.
“Ooo, Santo ya”. Tegas Ayah sambil memendam rasa curiga dan juga cemburu.
“Yah..! Sekarang kan tanggal 18 juli, berarti 11 hari lagi ulang tahunku yang ke-15, Ayah dan Ibu mau ngado apa ?”.
“Waduh, hampir saja Ayah dan Ibu lupa, mau ngado apa ya?kejutan aja ya, sekarang ganti pakaian dulu saja”. Jawab ibu dengan suara yang pelan.
Hari pun telah berganti, Ibuku pun menemukan emas di tempat duduk. Seketika itu Ibuku bingung, karena tak merasa mempunyai emas baru. Ibu mencoba mengingat orang yang datang kemarin. Satu-satunya orang yang datang kemarin hanyalah Santo. Akhirnya Ibu berkeinginan untuk mengembalikan ke Santo, tapi ketika hendak keluar dari pintu gerbang, Santo pun sudah datang kerumahnya terlebih dahulu. Maksud kedatangan Santo untuk mencari emasnya yang hilang kemarin. Ibuku mengampirkan Santo kerumah yang kedua kalinya dan menyerahkan emas tersebut. Ketika menyerahkan emas ke Santo, Ayahku melihatnya. Rasa cemburu dan curiga mulai membara. Ayahku menganggap kalau Ibu telah selingkuh, tanpa mengetahui yang sebenarnya. Saat itulah tingkah laku Ayah menjadi berubah total, yang tadinya penyayang, pengasih, lembu, tidak suka main tangan kepadaku dan juga Ibu, kini dapat dikatakan berubah 1800. Kini menjadi Ayah yang sangat kenjam, suka main tangan kepadaku maupun Ibu.
Aku merasa keluargaku sudah tak seindah dulu, karena hampir tiap hari terjadi percekcokan antara Ayah dan Ibu. Ibuku sudah menjelaskan pertemuan dengan Santo, tapi Ayahku tak percaya. Ternyata benar perasaan yang dialamiku pada suatu malam, ketika malam begitu indah tiba-tiba berubah menjadi malam yang sama sekali tak menarik. Dan keadaan itu sama yang dialami keluargaku. Dulu keluargaku bagaikan surga dunia kini berubah menjadi neraka dunia. Aku kadang merasa tak tega melihat Ibu selalu di sakiti, aku pun mencoba untuk membela Ibu, hingga akhirnya Ayah juga menyakiti aku. Saat itu ulang tahunku tinggal satu minggu lagi, tapi saat itu aku tak sengaja mendengarkan pembicaraan Ibu dan Ayahku, kalau mereka akan segera bercerai dan secepat mungkin akan mengurus surat perceraian. Ketika aku mendengar kata cerai yang diucapkan oleh Ayah, air mataku jatuh kebaju. Hatiku sangat sakit. Aku tak ingin orang tuaku bercerai. Tapi sifat Ayahku keras kepala tak mau mendengarkan penjelasan dari Ibu. Hidupku terasa sudah hancur saat itu.
Pada tanggal 29 Juli, tepatnya hari ulang tahunku, saat itu Ayahku resmi bercerai dengan Ibuku. Hatiku sakit bagai di tusuk seribu tusukan pedang, bahkan lebih sakit dari itu. Aku tak bisa membayangkan, mengapa Tuhan memberikan jalan hidup keluargaku begitu berat. Seharusnya di tanggal 29 Juli adalah hari yang sangat bahagia buatku, hari yang kutunggu-tunggu, tapi kini menjadi hari yang paling menyedihkan buat aku dan keluargaku. Lebih-lebih mereka sudah berjanji, ketika aku ulang tahun nanti, orang tua aku ingin memberikan kejutan. Ternyata kejutan itu lebih dari kejutan yang meluluh lantakkan hati aku. Kado kejutan ternyata surat perceraian resmi antara Ayah dan Ibu. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi aku dan Ibu diusir dari rumah. Hingga akhirnya aku dan Ibu pergi ke orang tua Ibu. Saat itulah hidupku tak semangat lagi. Kesepian melanda perasaanku. Akan tetapi aku masih mempunyai Ibu yang selalu memberi semangat kepadaku dan juga selalu menyayangi aku. Hingga akhirnya hari-hariku, aku jalani bersama keluarga Ibuku.
Tak beberapa lama aku mendengar bahwa Ayahku menikah lagi dengan wanita lain. Jantungku berdetak kencang, keringatku keluar hingga membasahi bajuku karena mendengar kabar itu. Kemudian aku memastikan kabar itu, dan ternyata benar ketika aku ke rumah ayah, ada wanita yang sedang bergandengan dengan Ayah. Aku tambah sedih, mengapa Ayah begitu mudah melupakan Ibu. Padahal aku berharap agar Ayah dan Ibu dapat menyatu lagi seperti dulu, main bersama, bercanda bersama, saling berpelukan. Tetapi sekarang tak mungkin lagi karena Ayahku sudah menikah lagi dengan wanita lain. Aku pun menemui Ayahku dan juga Ibu Tiriku. Ibu Tiriku tau bahwa aku adalah anak suaminya sekarang. Aku diusir bagai sampah yang tak berguna lagi. IbuTtiriku sangat galak, sampai Ayah tak berani melarangnya saat mengusir aku. Sampai-sampai Ibu Tiriku melarang untuk bertemu Ayah lagi. Aku juga tidak tau alasan apa yang bisa membuat Ibu Tiriku tidak suka padaku.
Tetapi walaupun Ayah dan Ibu Tiriku memperlakukanku dengan kasar, aku tidak bisa membenci mereka. Karena Ibuku selalu mengajarkan agar tidak boleh membenci seseorang, sekalipun ia telah menyakitinya. Genap 5 tahun, tepatnya aku berusia 20 tahun, aku tidak pernah bertemu dengan Ayahku. Semenjak Ayahku menikah lagi, aku tak pernah berhubungan sama Ayah. Aku juga tidak tau kabarnya sekarang. Tetapi aku berharap semoga Alloh selalu melindungi ayah dan semoga Alloh selalu memberikan kesehatan.
Beberapa bulan yang lalu, Ibuku juga menikah lagi dan sekarang ikut Ayah Tiriku tinggal di Ambon. Ketika aku merasa kesepian saat pisah dengan Ayah, kini aku merasa kesepian yang kedua kalinya. Aku harus pisah lagi dengan seseorang yang sangat berarti dalam hidup aku yaitu Ibu yang telah melahirkan dan juga mendidikku dengan baik. Berat rasanya ketika aku berpisah dengan Ibu. Aku sangat merindukan pelukan keluargaku yang dulu, tetapi keadaan tak memungkinkan lagi. Sekarang yang dapat aku lakukan hanyalah berdoa, agar aku selalu diberi ketabahan dalam menjalani hidup yang sangat pahit, berat, sedih lagi menyakitkan ini, tapi aku yakin Alloh pasti akan memberikan jalan yang terbaik dan Alloh pasti akan memberikan hari yang terbaik setelah ini.
Akan tetapi cobaan itu belum kunjung berakhir, karena semenjak Ibu tinggal di Ambon, setiap kali aku SMS, Ibu selalu menjawab”Nanti saja Ibu sedang sibuk”. Tiap kali aku SMS jawaban itu yang selalu diberikan oleh Ibu. Aku selalu menangis, karena keadaan yang tidak mengenakkan bagi aku tak kunjung berakhir. Sampai-sampai aku bingung mau menyandarkan kesedihan ini kepada siapa. Karena dahulu tiap kali aku sedih, Ibul dan Ayahkulah yang selalu menenangkanku, selalu melindungiku, tapi kini aku merasa ibu telah jauh dari kehidupan aku.
Alhamdulillah setelah aku bersabar, akhirnya Ibuku memberi kabar ke aku, bahwa Ibuku disana baik-baik saja. Aku sangat terharu mendengar kabar itu. Air mata kebahagiaan kini bisa mengalir dan dapat kurasakan. Sekian lama aku merindukan dan tak mengetahui kabar orang tuaku, kini telah memberi kabar. Terima kasih ya Alloh, Engkau telah melindungi orang tuaku. Ibu, Ayah, aku akan selalu merindukan kalian berdua, aku akan tetap mencintai kalian. Engkau akan selalu dihatiku, walaupun jarak kita sudah sangat jauh. Aku berjanji aku akan menjadi anak yang tegar, menjadi anak yang selalu mendoakanmu. Ayah Ibu semoga engkau juga selalu merindukanku. Aku berharap suatu ketika aku ingin bertemu dengan kalian. Ayah Ibu aku akan mencintaimu selamanya. Walaupun kita sudah berpisah, akan tetapi hati kita akan selalu menyatu. Dan pelukan dimalam hari itu semoga bukan pelukan yang terakhir kalinya untuk kita. Terimakasih Alloh. Dan sampai sekarang aku tinggal bersama Bibiku di sebuah Komplek Hotel Candra.
Sekian dan Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments List