Rabu, 04 Januari 2012

cerpen SENJA BERUJUNG FAJAR


SENJA BERUJUNG FAJAR
Matahari telah memancarkan sinarnya, nampaklah seorang remaja yang sedang beristirahat. Dengan baju yang dikenakan terlihat basah, keringatpun bercucuran dari tubuhnya, nampaknya remaja tersebut baru saja melakukan olahraga pagi. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, remaja itu harus segera berbenah diri, karena jam 07.30 WIB harus mengikuti mata kuliah Komunikasi tutur. Dengan penuh rasa semangat remaja itu mempersiapkan semua perlengkapan yang hendak dibawa kekampus.
“Semuanya sudah beres belum nak?”Tanya ibu Oziq.
“Sudah Bu, Oziq sekarang siap berangkat ke kampus”.
“loh, kok tidak sarapan dulu, ini Ibu sudah mengoreng telur untuk kamu”.
“saya makan nanti saja bu, karena sekarang waktu sudah agak siang, saya takut terlambat”.
“Ya sudah, sana berangkat, hati-hati ya nak”.
Akhirnya dengan sepeda buntutnya Oziq berangkat ke Kampus. Oziq adalah seorang remaja yang dilahirkan dari golongan yang kurang mampu. Ibu dan ayahnya hanyalah sebagai petani buruh yang tidak menentu hasilnya. Akan tetapi walaupun keadaannya demikian, Oziq tak pernah merasa malu dengan teman-temannya yang kehidupannya jauh lebih baik daripada Oziq. Oziq selalu menjalani hari-harinya dengan penuh semangat dan  kedisiplinan selalu dinomor satukan.
Dengan perjalanan kurang lebih sekitar 45 menit, Oziq pun akhirnya sampai di kampus tercintanya, yaitu Universitas Tidar Magelang.  Di parkiran sudah terlihat sepeda motor yang tertata dengan rapinya, Oziq pun juga memarkirkan sepeda motornya dengan rapi. Tak lama kemudian Oziq disapa temannya.
“Ziq, apakah kamu sudah menyiapkan skrip siaran untuk komunikasi tutur nanti”, Tanya Awan sambil duduk di atas sepeda motornya yang baru.
“Aku sudah membuatnya, nanti tinggal membacakan di depan saja, kamu sendiri sudah membuat belum?”
“Aku juga sudah kok, oh ya ayo sekarang kita masuk kelas Ziq, karena sekarang sudah jam setengah delapan kurang 2 menit”.
“Ayo, “
Oziq dan Awan pun melangkahkan kakinya dengan penuh kepastian. Nampaknya di kelas sudah banyak mahasiswa yang sedang membawa skrip siaran radio. Semua mulut mahasiswa pun bergumam dengan nada yang penuh dengan warna, serasa kelas seperti pasar yang sangat ramai dengan suara. Semua mahasiswa berlatih seakan-akan menjadi penyiar radio, karena satu persatu nanti akan diuji oleh asisten dosen yang mengajarkan komunikasi tutur. Tak lama kemudian, datanglah seorang Asisten dosen yang diberi kepercayaan untuk mengajarkan tentang siaran. Asisten dosen yang sangat muda, akan tetapi dalam pengalamannya tentang siaran radio sangat mahir. Pelajaran pun dimulai. Beberapa mahasiswa pun sudah disuruh maju untuk berbicara selayaknya menjadi penyiar radio. Dari mahasiswa yang sudah maju, seluruhnya lancar dan benar dalam pengucapannya. Hingga akhirnya tibalah giliran Oziq yang harus maju.
“Semua yang sudah maju, saya rasa sudah sedikit masuk kriteria jika menjadi seorang penyiar radio, sekarang kita dengarkan Oziq, silakan Oziq untuk mempersiapkan diri”. Kata asisten dosen yang sangat muda lagi energik.
“Oh ya pak, saya sudah siap”.jawab Oziq sambil melangkah maju.
“Tolong yang lain diam, kita dengarkan cara berbicaranya Oziq, sudah siap kamu Oziq?”
“Sudah Pak,”jawab Oziq dengan tegas.
“Oke silahkan dimulai’”
“98.8 UTM Radio Universitas Tidar Magelang more information  more music/selamat pagi semuanya/bagaimanakah kabar kamu?/semoga aja kamu tetap dalam keadaan baik-baik saja//dan selama 2 jam kedepan/kamu bakal ditemani fatkhurkhan di hot cafĂ©/tentu dengan brownis domes dan manca/tentu yang masih baru//oh ya kebersamaan kita tadi udah di buka dengan satu brownis/ datangnya dari ungu with dia atau diriku//soo biar kebersamaan kita makin tambah berasa asik/langsung aja kita simak brownis berikutnya/ datangnya dari katty pery with California girl// pokoknya buat kamu pastikan tetap staytune on 98.8 UTM radio/jelas hanya barengan Fatkhurkan”..///turur Oziq dengan suara yang terdengar groji, pengucapan kata yang kurang tepat dan kurang jelas, dengan kaki yang gemetaran.
Ketika Oziq selesai berbicara selayaknya menjadi penyiar radio, seluruh isi kelas tertawa akan kelucuan Oziq atas pengucapan kata-kata “98.8” yang tidak bisa diucapkan Oziq secara tepat. Sehingga setelah kejadian itu Oziq merasa malu akan kekurangannya dalam pengucapan kata-kata tersebut. yang lebih parah lagi, akibat dari pengucapan yang kurang tepat tersebut, sekarang Oziq selalu dijadikan bahan pembicaraan dan bahan ledekan oleh sebagian temannya.
“hay Oziq, masak ngucapin kata sesingkat itu gak bisa, kaya anak TK aja”tutur Tini, yang dilanjutkan tertawa terbahak-bahak.
Teman-teman disekitarnya pun juga ikut tertawa mendengarkan perkataan tersebut.
“iya ya, masak ngucapin seperti itu saja, aku tak bisa”,jawab Oziq dengan raut muka yang kemerah-merahan.
Sebulan telah berlalu dari kejadian yang sangat sepele tersebut, akan tetapi ledekan tentang kata”98.8” masih sering terdengar di telinga oziq. Hingga akhirnya Oziq berjanji kepada diri sendiri untuk membuktikan kepada teman-temannya bahwa Oziq bisa mengatakan kata tersebut dan Oziq berjanji untuk menjadi penyiar radio agar teman-teman tak lagi meledeknya.
“Sekarang semua teman-teman boleh meledek aku, tapi aku berjanji akan membuktikan kepada mereka, bahwa aku mampu untuk menjadi penyiar radio, dan semoga saja ledekan selama ini berubah menjadi pujian” kata Oziq didalam kesendiriannya.
Semasa itulah Oziq selalu bersemangat untuk mewujudkan keinginannnya untuk menjadi penyiar radio. Hingga akhirnya, dengan tidak sengaja Oziq menemukan gelombang radio yang mengiklankan tentang penerimaan kursus kepenyiaran radio. Mendengarkan iklan tersebut, akhirnya Oziq mendaftarkan diri untuk menjadi peserta kursus dalam kepenyiaran radio. Selama 5 bulan Oziq telah mengikuti kursus tersebut. Dari waktu 5 bulan tersebut, 2 bulan untuk materi dan 3 bulan langsung praktek menjadi penyiar yang langsung bisa didengarkan oleh publik.
Ketika itu manager yang membuka kursus tersebut suka akan gaya Oziq dalam bersiaran, dengan alasan Oziq penuh  ekspresi dan  mempunyai suara yang unik, sehingga manager tersebut menarik Oziq untuk dijadikan penyiar di 88.1 FM.
Selama 7 bulan Oziq selalu siaran diradio tersebut, akan tetapi semua temannya belum tahu, bahwa Oziq sekarang menjadi penyiar radio. Karena Oziq selalu tutup mulut, bahwa ia sekarang seorang penyiar radio di 88.1 FM. Tiba-tiba selang 2 hari, kabar tentang Oziq menjadi penyiar radio menjadi bahan pembicaraan di kelas. Semua teman-teman ingin mendengarkan suara Oziq ketika siaran. Walaupun sekarang ini Oziq dikenal dengan seorang penyiar radio, bukan lagi dikenal dengan sesorang yang tak dapat mengucapkan kata “98.8” Oziq pun selalu merendahkan diri. Oziq merasa sangat bangga, karena sekarang ia telah bisa mewujudkan keinginannya menjadi penyiar radio, bahkan yang lebih membuat bangga adalah teman-teman yang dulu sering meledeknya, sekarang menjadi kagum terhadap Oziq.

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments List